Era Keemasan

Sumber: National Geographic

Randy Olson, fotografer kisah Era Keemasan, memaparkan pandangannya soal budaya modern di China.

Nama saya Randy Olson dan saya seorang fotografer. Saya telah menghabiskan banyak waktu tahun lalu di China untuk menceritakan tentang perkembangan kelas menengah, sebuah kelas nyaman di Cina. Pada dasarnya ceita ini berkisah tentang uang. Secara garis besar kisah ini bercerita tentang ekonomi Cina yang merah dan panas, dimana menambahkan sebuah ekonomi sebesar ekonomi Itali setiap tahunnya. Dan akibatnya adalah pada tahun 2010 jumlah kelas menengah di Cina akan menyamai jumlah kelas menengah di Amerika Serikat dengan gaya hidup yang nyaman. Ini merupakan suatu pertumbuhan yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Itulah pandangan garis besarnya. Pandangan kecilnya lebih menarik lagi. Anda memasuki tingkat individu dan anda sadar uang telah beredar begitu cepat di kalangan mereka. Ekonomi telah mencapai hasil yang sekarang didapat dalam 10 tahun, dan hasil tersebut telah dicapai dalam 50 tahun di daerah kami.

Saya mulai bertanya kepada setiap orang yang saya temui, siapapun yang dapat berbicara bahasa Inggris. Apa yang lebih penting, cinta atau uang? Semua orang kecuali satu individu, selama waktu menanyakan hal ini berbulan-bulan, menjawab bahwa uang lebih penting daripada uang. Bila dua individu yang berada dalam situasi yang sama bersepakat untuk menjalin hubungan, itu lebih disukai untuk menjalin hubungan cinta, karena anda bisa menciptakan suatu suasana cinta kalau kondisinya mapan dan aman secara financial. Kemapanan lebih dihargai daripada cinta romantis.

Seseorang menamakan budaya ini sebagai Dinasti Bling dan ada beberapa kebenarannya. Grup yang berumur 20-30 an ini, grup pertama yang mendapatkan kartu kredit, grup pertama yang menginginkan mobil, para individu yang juga ingin dipasakan. Segmen dari market ini sangat menonjol. Persaingan untuk menarik perhatian grup ini sangat ketat, juga untuk menarik dollar atau yuan mereka. Terutama di selatan Cina terdapat banyak perangkat marketing yang eksklusif, minuman yang gelasnya ditutupi 4 lapisan dan ada api yang membakar minuman itu, dan anda meminum minuman itu dengan api yang perlahan turun ke bagian dasar dari gelas itu. Buaya yang dihidangkan untuk makan siang tapi ditinggalkan di lantai restoran, untuk orang yang tidak akan memperhatikannya dan berbicara di telepon genggam mereka, perangkat-perangkat seperti inilah ada di mana-mana. Ada orang yang berpakaian sangat anggun dan berusaha menjual snack. Penari wanita. Mereka masih menggunakan metoda marketing tahun 1950 an di mana anda tahu semua orang Cina yang cantik-cantik menjual semuanya. Jadi tidak hanya ada perasaan yang berlebihan tapi juga keputus asaan dalam menjual dan menarik perhatian orang-orang ini. 



Para remaja usia dua puluhan dengan uang untuk dihamburkan berkumpul di klub Babyface di Pearl River, Guangzhou. Lamborghini Flaming seharga 12 dolar adalah salah satu minuman paling populer di klub itu.

Oleh Leslie T. Chang
Foto oleh Randy Olson

“Kemakmuran mendadak China membawa berbagai kebebasan dan kecemasan baru yang tidak pernah diimpikan.”

Di usia empat, Zhou Jiaying terdaftar di dua kelas-Bahasa Inggris logat Amerika Serikat dan Bahasa Inggris percakapan seperti di Inggris-dan ia diberi nama Inggris, Bella. Orang tuanya berharap ia dapat kuliah di luar negeri. Tahun depan mereka mendaftarkan putrinya untuk kelas akting.

Ketika ia berusia delapan, ia mulai belajar memainkan piano, yang mengajarkan disiplin dan mengembangkan otaknya. Di musim panas ia pergi ke kolam renang untuk belajar berenang, yang dikatakan orang tuanya akan membuatnya lebih tinggi. Bella ingin menjadi pengacara dan untuk menjadi pengacara Anda harus menjadi tinggi.

Ketika berusia sepuluh, Bella memiliki kehidupan yang kaya akan peluang tetapi telah dapat diprediksi kemungkinannya. Sepulang sekolah ia mengerjakan pekerjaan rumah tanpa pengawasan sampai orang tuanya pulang. Kemudian tiba makan malam, mandi, latihan piano. Terkadang ia diizinkan menonton televisi, tetapi hanya berita. Pada hari Sabtu ia mengikuti kursus privat esai dilanjutkan dengan Olimpiade Matematika (kursus matematika dengan sistem populer memakai daya tarik olahraga), dan pada hari Minggu kursus piano dan kelas persiapan privat untuk ujian masuknya ke sekolah menengah Shanghai. Saat terbaik dalam seminggu adalah Jumat sore, ketika sekolah selesai lebih awal dari biasanya. Bella dapat menarik napas dalam dan memandang sekeliling, seperti seorang tahanan yang memandang langit dari halaman penjara.

Bagi kelas menengah China yang sedang berkembang, ini adalah abad di mana semua berhasrat menjadi lebih baik, sekaligus juga saatnya kecemasan. Peluang-peluang berlipat ganda, tetapi masing-masing membawa tekanan untuk ikut serta dan tidak dikalahkan. Begitu sesuatu yang lebih baik telah dicapai, tampaknya bermanfaat untuk mencapai yang lebih lagi. Sebuah apartemen yang direnovasi beberapa tahun silam kelihatan ketinggalan zaman. Telepon seluler tanpa kamera video dan layar warna memalukan pemiliknya.

Kursus-kursus percakapan Bahasa Inggris sedang menjadi tren di antara anak-anak sekolah Shanghai. Namun, segalanya memerlukan uang. Kebebasan tidak selalu memerdekakan bagi orang-orang yang dibesarkan di masyarakat sosialis yang stabil. Terkadang rasanya lebih seperti perjuangan tanpa akhir agar tidak ketinggalan dalam dunia modern. Suatu studi menunjukkan bahwa 45 persen penduduk perkotaan China berada pada risiko kesehatan karena stres, dengan peringkat tertinggi diisi para siswa sekolah menengah atas.

Kelas lima adalah tahun tersulit bagi Bella. Di akhir tahun ajaran ia akan mengikuti ujian masuk untuk sekolah menengah. Setiap siswa tahu di mana peringkatnya. Ketika para guru mengembalikan hasil ulangan-ulangan, mereka membariskan para siswa dalam kelompok-kelompok menurut nilai mereka. Bella menempati peringkat di tengah-ke-12 atau ke-13 dalam sebuah kelas dengan 25 siswa, lebih rendah jika ia gagal berkonsentrasi dalam pekerjaan sekolahnya.

Ia membenci Jepang, seperti buku-buku pelajaran telah mengajarkannya. Tentara Jepang telah membunuh 300.000 orang China dalam pembantaian massal Nanjing 1937. Ia membenci Amerika, juga, karena negara ini selalu ikut campur dalam urusan negara-negara lain. Ia memiliki lafal Bahasa Inggris yang mengesankan: “Men like to smoke and drink beer, wine, and whiskey.” (Kaum pria suka merokok dan minum bir, anggur, dan wiski.”) Restoran favoritnya adalah Pizza Hut dan ia suka sayap pedas di KFC. Rekornya dalam permainan hula hup adalah 2.000 putaran.

Tempat terbaik di dunia adalah pusat perbelanjaan anak Baodaxiang di Nanjing Road. Di bagian stationery-nya yang luas, Bella akan berhati-hati memilih tambahan untuk koleksi penghapusnya. Ia memiliki 30 penghapus-disimpan dalam sebuah kaleng biskuit di rumah. Ada yang berbentuk seperti sandal jepit dan hamburger dan karakter-karakter kartun. Masing-masing tidak lebih besar daripada ibu jari dan semua tersimpan dalam kemasan plastik asli mereka. Ketika kakek-neneknya mengajaknya ke toko yang sama, Bella menuju ke bagian mainan anak-anak, tetapi tidak ketika ia bersama orang tuanya. Mereka mengatakan ia sudah terlalu besar untuk mainan.



Susanne Shu, produser dokumenter TV, kembali dari pengepasan gaun pengantin dengan tunangannya yang berasal dari Australia, Campbell McLean. Sejumlah temannya telah menikah dengan para pria asing. “China sedang berkembang sangat cepat, dan banyak orang datang ke sini,” kata Shu, 34, “maka ada lebih banyak kesempatan bagi kami untuk bertemu calon suami berkebangsaan asing.”



Pusat belanja bergaya barat, seperti yang satu ini di Shanghai, berkembang tahun-tahun belakangan ini dan menjadi tujuan wisata akhir pekan bagi pasangan muda.



Pasangan pengantin baru menatahkan nama mereka pada replika intan raksasa dalam sebuah upacara nikah besar di Shanghai. Peristiwa seperti itu makin populer karena para pasangan berupaya mendapatkan pengalaman yang tak terlupakan.



Belakangan ini, kebanyakan orang China menganggap ponsel sebagai kebutuhan: Di sebuah jalan di Guangzhou seorang pria menggunakan ponselnya untuk mencoba membantu memperbaiki sepatu temannya yang rusak.



Klub-klub kebugaran sedang populer, di antaranya sebagai penawar stres kerja. Total Fitness Club, dengan 11 cabang di Guangzhou, menawarkan enam macam yoga, juga kelas salsa dan dansa di sekeliling tiang tegak.



Sejak pindah ke Shanghai dari Hong Kong tiga tahun silam, Yvonne Lo, 32, jarang mengenakan pakaian yang sama dua kali. Lo mengelola rangkaian spa butik di Shanghai yang menawarkan 13 jenis facial, ditambah pedicure dengan cokelat seharga 48 dolar.

 

Buaya-buaya dengan rahang yang direkat rapat menjelajahi lobi restoran hidangan laut Yumin yang penuh cekungan di Guangzhou sebelum akhirnya disajikan di piring para pelanggan. Daging eksotis yang mahal-dikukus, dimasak dengan sedikit air, atau direbus-diyakini menyembuhkan batuk dan mencegah kanker. “Orang-orang tidak peduli akan biaya,” kata manajer Wang Jianfei. “Mereka hanya peduli akan kesehatan.”



Taman hiburan “Jendela Dunia” di Shenzhen memperlihatkan replika lebih dari seratus monumen terkenal, termasuk Taj Mahal, Menara Eiffel, dan, seperti terlihat di foto, gedung Capitol di AS dan Gunung Rushmore.



Satu setengah kilometer di barat Lapangan Tiananmen, wilayah Xidan di pusat kota Beijing telah menjadi area komersial yang dipadati oleh toko sejak masa Dinasti Ming.



Kehadiran kompleks ritel Three on the Bund di Shanghai berarti Rachel Zhu (kanan) headhunter berusia 32 tahun tidak perlu lagi bepergian ke luar negeri untuk merek-merek desainer favoritnya. Gaun hijau ini memiliki label harga 2.200 dolar.

 

Survei di koran-koran China menunjukkan bahwa orang biasanya memilih uang daripada cinta ketika ditanya mana yang paling penting buat mereka. Seorang perempuan muda di Beijing mengenakan “pilihannya” telinganya.



Wal-Mart membuka toko pertamanya di China pada 1996, di Shenzen. Kini, Sam’s Club memanjakan pengunjung dengan berbagai macam produk, mulai sepeda anak-anak hingga kosmetik modern.



Masyarakat China berubah cepat sehingga visi anak-anak dan orang tua soal kehidupan sangat berbeda. “Orang tuaku berpandangan luas,” kata Bella Zhou (15). “Tetapi masih ada kesenjangan generasi.”

Artikel dan Foto hanya untuk kalangan sendiri, dilarang menyalin tanpa ijin dari National Geographic Indonesia

Yohan Naftali
http://yohanli.com

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.