Kasus Watermelon (Watermelon Gate)
Ini pengalaman nyata seorang teman sebut saja namanya Budi (mungkin bukan nama sebenarnya). Sekitar tahun 1994, Saat itu Dwima Plaza di jl Jend A Yani mulai dibuka, Budi bekerja di Notaris Yudo Paripurno, belum pernah makan di food court di Plaza, Budi memberanikan diri masuk ke food court.
Pelayan 1: Pak mau pesan apa?
Budi: Ini apa? (sambil menunjuk gambar steak tepanyaki)
Pelayan 1: Ini Steak pak.
Budi: Steak apaan, Steak tidak ada kecambah dan sayurnya.
Pelayan 1: Ini Steak Jepang pak namanya tepanyaki, kalau steak barat memang nggak pakai kecambah.
Budi: Oh begitu.
Pelayan 1: Kalau minumnya mau pesan apa pak?
Budi: (Sambil melihat daftar minuman yang semuanya berbahasa Inggris, ada satu nama yang dia ingat yaitu Watermelon, dia berpikir bahwa melon adalah melon dan water adalah air, maksud dia water melon adalah air melon) Saya pesan watermelon.
Pelayan 1: Baik pak.
Tak lama kemudian pelayan lain membawakan sebuah gelas berisi air berwarna merah mendekati Budi.
Pelayan 2: Ini pesanan bapak.
Budi: Saya tidak pesan ini (Budi tahu kalau air tersebut air semangka).
Pelayan 2: Tapi ini pesanan bapak.
Budi: Coba panggilkan pelayan pertama yang terima pesanan saya (Sambil bersuara keras, maksudnya supaya menarik perhatian pengunjung lain).
Pelayan 2 memanggil pelayan pertama.
Pelayan 1: Ada masalah apa pak?
Budi: Tadi saya pesan watermelon, ini apa? (Suara tetap keras, pengunjung lain jadi tertarik mendengarkan)
Pelayan 1: Ini watermelon pak sesuai pesanan bapak.
Budi: Oh begitu? (…)
Ternyata watermelon itu semangka! Dengan muka malu Budi secepatnya menghabiskan pesanan dan buru buru pulang.
Cerita Lanjutan:
Sepulang dari food courd Dwima Plaza, Budi pulang ke kampungnya, lalu bertemu dengan temannya.
Budi : Jok, kamu tahu water melon itu apa
Joko : Watermelon itu air melon lah!
Budi : Nah, itu dia…, di Dwima tadi, watermelon jadi semangka..
1 comment so far