Capital Asset Pricing Model (CAPM)

First Publised: 2 November 2007

Revision: 6 August 2009

Definisi

Definisi: Sebuah model yang menggambarkan hubungan antara risiko dan return yang diharapkann, model ini digunakan dalam penilaian harga sekuritas (A model that describes the relationship between risk and expected return and that is used in the pricing of risky securities) (Investopedia, http://www.investopedia.com/terms/c/capm.asp)

Model CAPM diperkenalkan oleh Treynor, Sharpe dan Litner. Model CAPM merupakan pengembangan teori portofolio yang  dikemukan oleh Markowitz dengan memperkenalkan istilah baru yaitu risiko sistematik (systematic risk) dan risiko spesifik/risiko tidak sistematik (spesific risk /unsystematic risk). Pada tahun 1990, William Sharpe memperoleh nobel ekonomi atas teori pembentukan harga aset keuangan yang kemudian disebut Capital Asset Pricing Model (CAPM)

Bodie et al. (2005) menjelaskan bahwa Capital Asset Pricing Model (CAPM) merupakan hasil utama dari ekonomi keuangan modern.Capital Asset Pricing Model (CAPM) memberikan prediksi yang tepat antara hubungan risiko sebuah aset dan tingkat harapan pengembalian (expected return). Walaupun Capital Asset Pricing Model belum dapat dibuktikan secara empiris, Capital Asset Pricing Model sudah luas digunakan karena Capital Asset Pricing Model akurasi yang cukup pada aplikasi penting.

Capital Asset Pricing Model mengasumsikan bahwa para investor adalah perencana pada suatu periode tunggal yang memiliki persepsi yang sama mengenai keadaan pasar dan mencari mean-variance dari portofolio yang optimal. Capital Asset Pricing Model juga mengasumsikan bahwa pasar saham yang ideal adalah pasar saham yang besar, dan para investor adalah para price-takers, tidak ada pajak maupun biaya transaksi, semua aset dapat diperdagangkan secara umum, dan para investor dapat meminjam maupun meminjamkan pada jumlah yang tidak terbatas pada tingkat suku bunga tetap yang tidak berisiko (fixed risk free rate). Dengan asumsi ini, semua investor memiliki portofolio yang risikonya identik.

Capital Asset Pricing Model menyatakan bahwa dalam keadaan ekuilibrium, portofolio pasar adalah tangensial dari rata-rata varians portofolio. Sehingga strategi yang efisien adalah passive strategy. Capital Asset Pricing Model berimplikasi bahwa premium risiko dari sembarang aset individu atau portofolio adalah hasil kali dari risk premium pada portofolio pasar dan koefisien beta.

Risiko dan Return

Keinginan utama dari investor adalah meminimalkan risiko dan meningkatkan perolehan (minimize risk and maximize return). Asumsi umum bahwa investor individu yang rasional adalah seorang yang tidak menyukai risiko (risk aversive), sehingga investasi yang berisiko harus dapat menawarkan tingkat perolehan yang tinggi (higher rates of return), oleh karena itu investor sangat membutuhkan informasi mengenai risiko dan pengembalian yang diinginkan.

Risiko investasi yang dihadapi oleh investor (Rose, Peter S., dan Marquis, Milton H. 2006. Money and Capital Markets, Ninth Edition, p 277-280):
1. Market Risk (risiko pasar), sering disebut juga sebagai interest rate risk, nilai investasi akan menjadi turun ketika suku bunga meningkat mengakibatkan pemilik investasi mengalami capital loss.
2. Reinvestment risk, risiko yang disebabkan sebuah aset akan memiliki yield yang lebih sedikit pada beberapa waktu di masa yang akan datang.
3. Default risk. Risiko apabila penerbit aset gagal membayar bunga atau bahkan pokok aset.
4. Inflation risk. Risiko menurunya nilai riil aset karena inflasi.
5. Currency risk. Risiko menurunnya nilai aset karena penurunan nilai tukar mata uang yang dipakai oleh aset.
6. Political risk. Risiko menurunya nilai aset karena perubahan dalam peraturan atau hukum karena perubahan kebijakan pemerintah atau perubahan penguasa.

Suku bunga bank sentral tentunya masih berpotensi memiliki semua risiko, akan tetapi diasumsikan negara tidak mungkin gagal membayar (walaupun ada juga kemungkinannya), oleh karena itu biasanya return dari risk free aset (Rf) digunakan suku bunga bank sentral.

Capital Asset Pricing Model (CAPM) mencoba untuk menjelaskan hubungan antara risk dan return. Dalam penilaian mengenai risiko biasanya saham biasa digolongkan sebagai investasi yang berisiko. Risiko sendiri berarti kemungkinan penyimpangan perolehan aktual dari perolehan yang diharapkan (possibility), sedangkan derajat risiko (degree of risk) adalah jumlah dari kemungkinan fluktuasi (amount of potential fluctuation).

Saham berisiko dapat dikombinasi dalam sebuah portfolio menjadi investasi yang lebih rendah risiko daripada saham biasa tunggal. Diversifikasi akan mengurangi risiko tidak sistematis (unsystematic risk), tetapi tidak dapat mengurangi risiko yang sistematis (systematic risk). Unsystematic risk adalah bagian dari risiko yang tidak umum dalam sebuah perusahaan yang dapat dipisahkan. Systematic risks adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan yang berhubungan dengan seluruh pergerakan pasar saham dan tidak dapat dihindari.

Informasi keuangan mengenai sebuah perusahaan dapat membantu dalam menentukan keputusan investasi. Investor biasanya menghindari risiko, investor menginginkan perolehan tambahan (additional returns) untuk menanggung risiko tambahan (additional risks). Oleh karena itu saham berisiko tinggi (High-risk securities) harus mempunyai harga yang menghasilkan perolehan lebih tinggi daripada perolehan yang diharapkan dari saham berisiko lebih rendah.

Persamaan CAPM

Persamaan risiko dan perolehan (Equation Risk and Return) adalah :

Rs = Rf + Rp

Rs = Expected Return on a given risky security

Rf = Risk-free rate

Rp = Risk premium

Bila nilai β = 1 artinya adanya hubungan yang sempurna dengan kinerja seluruh pasar seperti yang diukur indek pasar (market index), contohnya nilai yang diukur oleh Dow-Jones Industrials dan Standard and Poor’s 500-stock-index. Hubungan ini dapat digambarkan dalam contoh pada gambar.

β adalah ukuran dari hubungan paralel dari sebuah saham biasa dengan seluruh tren dalam pasar saham.

Bila β > 1.00 artinya saham cenderung naik dan turun lebih tinggi daripada pasar.

β < 1.00 artinya saham cenderung naik dan turun lebih rendah daripada indek pasar secara umum (general market index).

Perubahan persamaan risiko dan perolehan (Equation Risk and Return) dengan memasukan faktor β dinyatakan sebagai:

Rs = Rf + βs (Rm – Rf)

Rs = Expected Return on a given risky security

Rf = Risk-free rate

Rm = Expected return on the stock market as a whole

βs = Stock’s beta, yang dihitung berdasarkan waktu tertentu

CAPM bertahan bahwa harga saham tidak akan dipengaruhi oleh unsystematic risk, dan saham yang menawarkan risiko yang relatif lebih tinggi (higher βs) akan dihargai relatif lebih daripada saham yang menawarkan risiko lebih rendah (lower βs). Riset empiris mendukung argumen mengenai βs sebagai prediktor yang baik untuk memprediksi nilai saham di masa yang akan datang (future stock prices).

CAPM dikritik sebagai penyebab masalah kompetisi di Amerika Serikat. Manajer di sebuah perusahaan di Amerika Serikat yang menggunakan CAPM terpaksa membuat investasi yang aman dalam jangka pendek dan perolehannya dapat diprediksi dalam jangka pendek daripada investasi yang aman dan perolehan dalam jangka panjang. Para peneliti telah menggunakan CAPM untuk menguji hipotesa yang berhubungan dengan hipotesa pasar efisien.

Markowitz dan Market Model

William Sharpe dalam membangun model CAPM diilhami dari teori portofolio yang diajukan oleh Harry Markowits. Markowitz mengusulkan sebuah model untuk menjelaskan korelasi diantara return sekuritas. Model ini mengasumsikan bahawa return dari sekuritas ke-i tergantung pada sebuah faktor yang mendasari, nilai yang diwakili oleh indeks, dalam notasi matematika dinyatakan sebagai:

ri = ai + Bi.F + ui

ri = return sekuritas i

Bi = Beta dari sekuritas i

F = indeks (belum tentu indeks pasar)

ui = error term

(walaupun selanjutnya markowitz mengusulkan bahwa persamaan itu seharusnya tidak linier, karena ada faktor lain yang mendasarinya)

Kemudian pada tahun 1963, William Sharpe menguji persamaan tersebut sebagai penjelasan bagaimana return sekuritas cenderung naik dan turun seiring dengan naik turunnya indeks umum pasar, secara spesifik Sharpe menggunakan persamaan sebagai berikut:

rit = ai + Bi.rmt + uit

rit = return dari aset i pada periode t

rmt = return dari indeks pasar pada periode t

ai = komponen non-pasar dari return aset i

Bi = rasio kovarian dari return aset i dan return indeks pasar terhadap varians return indeks pasar

uit = zero mean random error term

Model ini disebut model pasar indeks tunggal (single index market model) atau sering disebut market model.

Dilihat disini pada model markowitz, indeks-nya belum tentu indeks pasar, tetapi pada market model digunakan indeks pasar.

 

Aplikasi CAPM

Model yang dikembangkan CAPM menjelaskan bahwa tingkat return yang diharapkan adalah penjumlahan dari return aset bebas risiko dan premium risiko. Premium risiko dihitung dari beta dikalikan dengan premium risiko pasar yang diharapkan. Premium risiko pasar sendiri dihitung dari tingkat return pasar yang diharapkan dikurangi dengan tingkat return aset bebas risiko. Bentuk matematika CAPM

Rs = Rf + βs (Rm – Rf)

Rf biasanya didekati dengan tingkat return suku bunga bank sentral, di Indonesia umumnya risk free aset didekati dengan tingkat return suku bunga Bank Indonesia.

βs didekati dengan menghitung data time series saham dengan data return pasarnya. Penjelasan mengenai cara menghitung beta disertakan di bagian akhir artikel ini.

Rm didapatkan dengan meramalkan return IHSG. Banyak mahasiswa yang bingung mendapatkan nilai Rm yang negatif, biasanya mereka menghitung IHSG dengan cara memprediksi historisnya yaitu dengan membandingkan return IHSG tahun x dengan return IHSG tahun x-1. Dari definisi CAPM bahwa Rm adalah tingkat return pasar yang diharapkan, bukan tingkat return pasar yang periode yang lalu. Untuk mendapatkan nilai Rm tentunya harus dapat memprediksi berapa tingkat return IHSG yang diharapkan. Salah satu cara memprediksi IHSG adalah dengan cara analisis faktor. Di sini anda harus melakukan studi empiris, anda harus menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi IHSG, kemudian membuat persamaan regresi dari IHSG dan faktor yang mempengaruhinya.  Dan terakhir anda harus memprediksi nilai dari faktor yang mempengaruhi IHSG untuk x periode yang anda tentukan. Cara lainnya adalah menggunakan nilai IHSG dari hasil penelitian empiris dari peneliti lain.

Contoh Aplikasi Menghitung Rs

Suatu sekuritas x yang mempunyai Expected Return 0.27 (27% per tahun) dan nilai betanya 1.2, apakah sekuritas x ini layak di beli atau tidak?

Rs = Rf + βs (Rm – Rf)

Rf = misal SBI 1 bulan saat ini adalah 0.06 (6% per tahun)

Rm = misal return IHSG yang diharapkan saat ini adalah 0.26 (26% per tahun, didapatkan dengan cara memprediksi return)

βs = 1.2

Sehingga
Rs = 0.06 + 1.2 (0.26 – 0.06)
Rs = 0.06 + 1.2 (0.2)
Rs = 0.06 + 0.24
Rs = 0.3 (30%)

Kesimpulan, dengan nilai beta 1.2, apabila return yang diperoleh hanya 27%, maka harga sekuritas terlalu mahal, karena return wajarnya adalah 30%

Contoh cara menghitung Beta

Nilai β dapat dihitung sendiri menggunakan data time series suatu saham/industri dan time series return suatu pasar (misalnya IHSG, NYSE, dll),

Contoh perhitungan:

Return saham X dibandingkan dengan pasar

tahun 1-return saham X = -0.05, return pasar -0.12

tahun 2-return saham X = 0.05, return pasar = 0.01

tahun 3-return saham X = 0.08, return pasar = 0.06

tahun 4-return saham X = 0.15, return pasar = 0.10

tahun 5-return saham X = 0.10, return pasar = 0.05

Sehingga rata-rata return saham X adalah 0.066

Menghitung deviasi return saham X

tahun 1 = -0.1160

tahun 2 = -0.0160

tahun 3 = 0.0140

tahun 4 = 0.0840

tahun 5 = 0.0340

Rata-rata return pasar adalah 0.02 sehingga deviasi return pasar:

tahun 1 = -0.14000

tahun 2 = -0.0100

tahun 3 = 0.0400

tahun 4 = 0.0800

tahun 5 = 0.0300

Kalikan masing masing deviasi return saham dengan deviasi return pasar:

tahun 1 = -0.1160 x -0.14000 = 0.0162

tahun 2 = -0.0160 x -0.0100 = 0.0002

tahun 3 = 0.0140 x 0.0400 = 0.0006

tahun 4 = 0.0840 x 0.0800 = 0.0067

tahun 5 = 0.0340 x 0.0300 = 0.0010

Jumlah = 0.0247

Pangkat duakan deviasi return pasar

tahun 1 = -0.14000^2 = 0.0196

tahun 2 = -0.0100^2 = 0.0001

tahun 3 = 0.0400^2 = 0.0016

tahun 4 = 0.0800^2 = 0.0064

tahun 5 = 0.0300^2 = 0.0009

Jumlah = 0.0286

Sehingga Beta untuk saham X adalah 0.0247/0.0286 = 0.86

External Reference:

Burton, Jonathan. 1998. Revisiting The Capital Asset Pricing  Model. Dow Jones Asset Manager, May/June 1998, pp. 20-28 [Also Available at http://www.stanford.edu/~wfsharpe/art/djam/djam.htm]

How to cite:

Naftali, Yohan. Capital Asset Pricing Model (CAPM). Yohan Naftali. 2 November 2007, Revisi 6 Agustus 2009. Yohan Naftali. http://yohanli.com/2007/11/capital-asset-pricing-model-capm [Accessed date].

Yohan Naftali
http://yohanli.com

168 Comments

dhewy

makasih tulisannya bisa buat tambahan tugas dosen ku yang galak…

muttaqin

sudah adakah lembaga di indonesia yang meneliti βs untuk masing jenis usaha, jika tidak salah tingkat βs masing jenis usaha berbeba. jika belum ada bagaimana cara menentukan βs tersebut. terima kasih

Yohan Naftali

Nilai β dapat dihitung sendiri menggunakan data time series suatu saham/industri dan time series return suatu pasar (misalnya IHSG, NYSE, dll),

Contoh perhitungan:

Return saham X dibandingkan dengan pasar

tahun 1-return saham X = -0.05, return pasar -0.12
tahun 2-return saham X = 0.05, return pasar = 0.01
tahun 3-return saham X = 0.08, return pasar = 0.06
tahun 4-return saham X = 0.15, return pasar = 0.10
tahun 5-return saham X = 0.10, return pasar = 0.05

Sehingga rata-rata return saham X adalah 0.066

Menghitung deviasi return saham X
tahun 1 = -0.1160
tahun 2 = -0.0160
tahun 3 = 0.0140
tahun 4 = 0.0840
tahun 5 = 0.0340

Rata-rata return pasar adalah 0.02 sehingga deviasi return pasar:
tahun 1 = -0.14000
tahun 2 = -0.0100
tahun 3 = 0.0400
tahun 4 = 0.0800
tahun 5 = 0.0300

Kalikan masing masing deviasi return saham dengan deviasi return pasar:
tahun 1 = -0.1160 x -0.14000 = 0.0162
tahun 2 = -0.0160 x -0.0100 = 0.0002
tahun 3 = 0.0140 x 0.0400 = 0.0006
tahun 4 = 0.0840 x 0.0800 = 0.0067
tahun 5 = 0.0340 x 0.0300 = 0.0010

Jumlah = 0.0247

Pangkat duakan deviasi return pasar
tahun 1 = -0.14000^2 = 0.0196
tahun 2 = -0.0100^2 = 0.0001
tahun 3 = 0.0400^2 = 0.0016
tahun 4 = 0.0800^2 = 0.0064
tahun 5 = 0.0300^2 = 0.0009

Jumlah = 0.0286

Sehingga Beta untuk saham X adalah 0.0247/0.0286 = 0.86

Yohan Naftali

Selamat mencoba,

Untuk mendapatkan return industri, bisa digunakan index saham industri dan untuk mendaptkan return pasar, bisa digunakan return ihsg

periode bisa digunakan bulanan, tahunan selama beberapa periode yang cukup panjang (misalkan 5 tahun)

BABY

TOLONG DONG KASIH TAU CARANYA MENGHITUNG BETA SAHAM IPO (YANG BARU LISTING). GMANA SIH CARANYA…………BINGGUNG NICH……..!

yohanli

Beta saham yang baru listing dihitung dengan menggunakan perkiraan saja, belum ada satu metode baku untuk menghitung beta saham

aryyanto

manakah yang lebih besar antara beta saham syariah dgn saham non syariah…trimaksih

RATNA

Gimana sih cara menganalisa beta saham?hasil penelitian saya menghasilkan beta diatas dua,penjelasannya kira-kira apa?

Yohan Naftali

Bila β > 1.00 artinya saham cenderung naik dan turun lebih tinggi daripada pasar. Saham yang bernilai lebih dari 2 artinya saham tersebut sangat fluktuatif, saham tersebut akan naik dan turun (bergejolak) lebih tinggi dibandingkan dengan indeks pasar (misalnya IHSG atau LQ 45).

via

Dengan Hormat,
saya sedang melakukan penelitian untuk skripsi,
untuk menghitung nilai required rate of return dari suatu saham bagaimana caranya?
nilai Rf dilihat dari suku bunga SBI, datanya per mingguan…sedangkan data rasio keuangan yang lainnya saya menggunakan data tahunan…
mohon bantuannya…

terima kasih

Yohan Naftali

Salah satu cara menghitung Required return dari suatu saham (Rs) adalah dengan cara menggunakan rumus CAPM yang tentunya harus berlakunya asumsi-asumsi CAPM.
Rs = Rf + βs (Rm – Rf)

Rf = Riskfree, bisa diambil data suku bunga SBI (misalnya SBI 3 bulan, tentunya setiap peneliti punya alasan sendiri untuk menentukan return yang riskfree, tidak harus SBI !)

Rm diambil dari return pasar yang salah satu indikatornya adalah IHSG (bisa juga mengambil LQ45, dll)

Selain CAPM, perkiraan return saham bisa dicari dengan cara lainnya. (Bisa saja menggunakan teknikal analisis)

Perbedaan periode data harus “disamakan” misalnya data mingguan dikonversi ke data tahunan dengan cara merata-rata, atau data tahunan dikonversi ke mingguan dengan cara interpolasi. Semuanya itu tergantung asumsi yang anda gunakan. Setiap peneliti memiliki alasan masing-masing, yang penting asumsi anda dapat dipertanggungjawabkan secara rasional.

Ellen

Saya ingin menanyakan mengenai keefektifan analisa CAPM pada saham-saham di Bursa Efek Indonesia.
Apakah saya bisa menggunakan analisa CAPM untuk menentukan saham mana yg sebaiknya saya pilih di antara beberapa saham yg ada di BEI ?
Karena saya mengambil judul skripsi mengenai analisa CAPM untuk memilih apakah seorang investor sebaiknya membeli saham Indofood atau Unilever ?
Apa analisa CAPM ini cukup akurat ?
Terima kasih
GBU

Yohan Naftali

Analisis harga saham menggunakan CAPM dapat berlaku pada kondisi di mana asumsi CAPM berlaku (ceteris paribus).

Pertanyaanya adalah apakah kondisi tersebut berlaku di Indonesia, di mana salah satu asumsi CAPM adalah bahwa pasar adalah pasar yang efisien, sedangkan menurut beberapa penelitian, pasar saham di indonesia adalah pasar efisien lemah bahkan cenderung kurang efisien.

Menurut sepengetahuan saya, analisis yang menggunakan dasar CAPM kurang akurat dan saya menganjurkan untuk tidak menggunakan CAPM sebagai dasar pertimbangan.

Yohan Naftali

Referensi dari http://www.ekofeum.or.id/artikel.php?cid=20 Ekofeum Jurnal (Agus_SMT)

Risiko ada dua macam, yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko sistematis adalah risiko yang dialami oleh semua investasi tanpa terkecuali. Oleh karena itu risiko ini dinamakan juga risiko pasar (market risk). Namun demikian besar kecilnya risiko sistematis tiap investasi, termasuk juga saham, sangat berbeda. Sedang risiko tidak sistematis adalah risiko yang hanya dialami oleh investasi tersebut, yang bisa disebabkan oleh faktor manajemen, ciri khusus jenis industri, jenis persaingan usaha dan sebagainya (Francis, 1988).
Untuk mengatasi risiko ini maka biasanya investor mengkombinasikan investasinya dalam berbagai macam asset, yang dinamakan portofolio. Markowitz (1952) mengembangkan suatu bentuk diversifikasi yang efisien, yang bisa menurunkan risiko tanpa menurunkan return portofolio. Markowitz menyarankan agar portofolio seharusnya adalah pengkombinasian asset-asset yang berkorelasi kurang dari positip sempurna agar dapat mengurangi risiko.
Ukuran yang dipakai dalam portofolio Markowitz adalah koefisien korelasi. Koefisien korelasi positip menunjukkan bahwa kedua asset bergerak searah, sedang koefisien korelasi negatip menunjukkan bahwa kedua asset bergerak berlawanan. Disamping itu, di dalam memilih portofolio seharusnya dipakai prinsip dominasi. Apabila ada dua surat berharga yang returnnya sama tetapi risikonya berbeda, maka dipilih yang risiko rendah. Apabila ada dua surat berharga yang risikonya sama tetapi return nya berbeda, maka dipilih yang returnnya tinggi.
Model Markowitz telah terbukti membawa pemilihan portofolio yang efisien, yang terletak pada garis efisien (efficient frontier), yaitu portofolio yang merupakan porfolio pasar, tetapi dengan asumsi: (1) para investor adalah penghindar risiko yang memaksimalkan utility yang diharapkan; (2) investor memilih portofolio dengan dasar pertimbangan rata-rata varian dan return yang diharapkan; (3) semua investor melakukan periode pemegangan tunggal (single holding periode); disamping itu ada asumsi impilisit bahwa modal yang digunakan investor adalah modal sendiri, bukan dari pinjaman.
Dalam dunia nyata, teori porfolio Markowitz tidak sesuai karena dalam kenyataannya para investor melakukan jual beli portofolio tidak semua dananya adalah modal sendiri. Ada investor yang memakai dana pinjaman utuk diinvestasikan portofolio, disamping itu ada investor yang meminjamkan dananya pada tingkat bunga tertentu terhadap investor lain. Tingkat pengembalian modal yang dipinjam dan dipinjamakan tersebut disebut dengan tingkat bebas risiko. Tingkat bebas risiko ini biasanya dipunyai surat-surat berharga pemerintah dalam nilai riil, yaitu setelah diperhitungan tingkat inflasi (Fuller and Farrel, 1987).
Sharpe (1965) menyempurnakan model portofolio Markowitz diambah dengan asumsi: (1) adanya tingkat bebas risiko; (3) investasi bisa dipecah-pecah dalam bentuk yang sekecil mungkin; (3) adanya kebebasan short sales (4) semua aktiva bisa diperjual belikan. Dengan demikian maka portofolio yang efisien suatu garis pasar modal (capital market line) yang intersepnya adalah tingkat bebas risiko (rf). Untuk mengambarkan trade-off antara risiko dan return untuk seluruh surat berharga, baik yang efisien maupun yang tidak, maka ukuran yang dipakai bukanlah varian, tetapi adalah risiko sistematisnya (β). Hubungan antara risiko sistematis dengan return tersebut apabila digambarkan dalam suatu model akan membentuk Capital Asset Pricing Model (CAPM). Model tersebut bisa dituliskan:
E(Ri) = Rf + [E(Rm)-Rf]βi
Dimana E(Ri) adalah return yang diharapkan dari surat berharga i adalah fungsi dari risiko sistematisnya (β). Sedangkan slope/kemiringannya [E(Rm)-Rf] dinamakan dengan harga risiko atau premi risiko, yaitu selisih antara return pasar yang diharapkan (E(Rm)) dengan tingkat bebas risiko (Rf).
Namun demikian dalam kenyataannya akan senantiasa terdapat surat-surat berharga yang returnnya di luar yang diharapkan CAPM. Penyebabnya antara lain: (1) adanya biaya transaksi; (2) adanya pajak capital gain yang membuat para investor enggan menjual surat-surat berharga yang ternilai rendah oleh CAPM (undervalued); (3) adanya ketidaksempurnaan informasi pasar. Oleh karena itulah dalam kenyataannya CAPM lebih merupakan sebuah band daripada sebuah garis (Fuller & FarrellJr., 1987). Demikian pula apabila unsur tingkat bebas risiko (Rf) dihilangkan dari model, karena dalam kenyataan tidak mungkin investor bisa meminjam dan meminjamkan pada tingkat yang sama, maka akan membentuk Zero Beta CAPM (Elton & Gruber, 1991), dengan model sebagai berikut:
E(Ri) = E(Rz) + [E(Rm)-E(Rz)]βi
Dimana Rz adalah asset yang tidak berkorelasi dengan portofolio pasar, atau mempunyai β =0. Rz ini misalnya adalah obligasi pemerintah yang berjangka panjang, yang mempunyai return riil yang tetap, mudah diperjual-belikan, dan bisa dipecah-pecah dalam satuan yang kecil-kecil.
Berbagai pengujian CAPM dengan data empiris telah banyak dilakukan. Pengujian oleh Black, Jansen dan Scholes, juga oleh Fama dan MacBeth menggabungkan saham-saham menjadi portofolio untuk menaksir β tiap-tiap portofolio, kemudian melakukan regresi cross sectional antara rata-rata return dengan β tiap-tiap portofolio. Ada juga pengujian yang menggunakan surat-surat berharga individual, misalnya oleh Linzerberger, Ramaswamy dan Gibbons.
Hasil pengujian tersebut rata-rata membuktikan bahwa: (1) intersep CAPM secara signifikan tidak sama dengan tingkat bebas risiko, hal ini membuktikan bahwa Zero Beta CAPM lebih berlaku di dunia nyata; (2) kemiringan/slope dari persamaan CAPM (a1) ternyata lebih rendah daripada yang diramalkan (Rm-Rf); (3) tidak ada bukti bahwa hubungan antara risiko sistematis dan return tidak linear, hal ini masih sesuai dengan spesifikasi CAPM; (4) Faktor-faktor selain β ternyata berperan di dalam menerangkan return surat berharga, misalnya P/E rasio, besar kecilnya perusahaan, jenis perusahaan, musiman dan sebagainya (Weston & Copeland, 1992).
Pengujian CAPM di BEJ antara lain oleh Suad Husnan pada tahun 1990 (Husnan, 1993), menggunakan metode yang sama dengan Black, Jensen, Scholes pada tahun 1972, hasilnya adalah banyak β yang signifikan secara statistik dan standar CAPM tidak berlaku di BEJ, tetapi yang belaku adalah Zero Beta CAPM.
Uji lainnyadi BEJ dilakukan oleh Henny (Husnan, 2001) menggunakan metode yang sama denga Lintner. Regresi tahap pertama menggunakan model pasar untuk menaksir β, sedangkan regresi yang kedua menggunakan cross sectional, hasilnya menunjukkan bahwa Zero Beta CAPM lebih berlaku di BEJ daripada standar CAPM.
Untuk kasus di Bursa Efek Surabaya (BES), pengujian CAPM empiris dilakukan oleh Sumanto tahun 1993 menggunakan metode yang sama dengan metode Lintner, dengan menggunakan data return bulanan saham individual dari tahun 1991 sampai dengan 1993 sebanyak 120 sampel saham. Hasilnya menunjukkan bahwa hampir semua β adalah signifikan. Tidak ada bukti yang menunjukkan adanya hubungan yang tidak linear antara return dengan β. Intersep persaman empiris secara secara signifikan tidak sama dengan persamaan teoritis, yaitu secara signifikan lebih rendah dari 0 (Sumanto, 1993).
Penelitian lain oleh Saputra dan Leng (2005) dengan menggunakan sampel saham-saham di BEJ pada tahun 1999, untuk melihat pegaruh risiko sistematis dan likuiditas terhadap return saham-saham. Likuiditas diukur dengan bid-ask spread. Hasilnya menunjukkan bahwa baik likuiditas maupun risiko sistematis secara signifikan mempengaruhi return, tetapi diantara kedua faktor tersebut yang paling banyak berpengaruh adalah risiko sistematis dibandingkan dengan likuiditas.
Berbagai macam pengujian CAPM termasuk yang di Indonesia menunjukkan bahwa yang lebih berlaku adalah Zero Beta CAPM daripada standar CAPM, tetapi belum pernah diuji validitas kegunaannya untuk memprediksi return-return saham di masa depan. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menggunakan persamaan CAPM empiris untuk menguji ketepatan prediksi terhadap naik turunnya return saham-saham individual satu tahun ke depan dengan data 3 tahun yang lalu.
http://www.ekofeum.or.id/artikel.php?cid=20

Ellen

Jadi sebaiknya saya menggunakan analisis dgn cara apa untuk menganalisis saham-saham yang ada di BES ?
Bagaimana dengan analisis teknikal dan fundamental ?
Saya bingung menentukan teknik yg tepat untuk melakukan pemilihan saham
Thanks untuk jawabannya, tapi dari penjelasan
http://www.ekofeum.or.id/artikel.php?cid=20 di atas, menunjukkan ada ZERO BETA CAPM, apa bedanya CAPM dgn ZERO BETA CAPM ?
Apa formulanya berbeda ?
Kalau bisa anda tolong jelaskan perbedaannya dan formulanya.
Maaf telah banyak merepotkan, tapi saya senang bisa menemukan tempat tanya jawab seperti ini, sungguh sangat membantu saya.
Terima kasih

Yohan Naftali

Setiap investasi selalu mengandung risiko, analisis teknikal dan analisis fundamental serta jenis analisis lainnya hanya bertujuan untuk meminimumkan tingkat risiko.

Samuelson menjelaskan bahwa kita tidak dapat mengalahkan pasar. Akan tetapi kita dapat meminimumkan risiko dengan cara menemukan teknik peramalan yang tepat.

Perkembangan analisis saham tidak hanya terbatas pada analisis fundamental dan teknikal saja, sekarang sudah banyak dikembangkan metode peramalan dengan ARIMA, ARCH, VEC Model, dan lain sebagainya. Penelitian ini masih terus berlanjut, saya sendiri sedang meneliti teknik peramalan saham menggunakan non liniear model yang diselesaikan dengan bantuan metode algoritma genetika untuk disertasi saya.

CAPM formulanya sama, Zero Beta CAPM bedanya nilai betanya nol.

Ellen

Terima kasih banyak untuk penjelasannya.
Dapat ilmu lagi dah …
Saya hanya pernah mendengar analisis teknikal dan fundamental saja selama perkuliahan.
Teknik peramalan saham ternyata cukup banyak. Baru tahu ^^

sekali lagi terima kasih, saya akan menggunakan analisis teknikal dan fundamental dalam skripsi saya.

God blezz

Yohan Naftali

sebagai referensi saya menyarankan untuk melihat jurnal jurnal di xxx.lanl.gov (gratis di download). Banyak teknik-teknik statistik dan peramalan terbaru di sana

arizal

tolong dijelasin donk… mengapa teknik peramalan return saham itu penting baik bagi investor, perusahaan, maupun pemerintah.. tenkyu…

Yohan Naftali

Teknik peramalan mencoba mempredikisi sesuatu yang tentunya akan membantu investor, perusahaan, maupun pemerintah dalam mengambil suatu keputusan yang berhubungan dengan masa depan.

fikrul

aku bingung dengan judul skripsi yang tak ambnil, judulnya pengaruh fundamental pasar terhadap beta saham.aku nyari jurnal diperpus lom ktemu.volume saham, frekwensi saham, dan trading day apakah termasuk fundamental pasar. tolong terangin y?aku masih bingung. thanx b4

Yohan Naftali

Saya juga bingung nih mau menjawabnya,
Beta saham pastinya dipengaruhi oleh fundamental perusahaan bukan secara langsung oleh fundamental pasar (kalau menurut CAPM). Fundamental pasar tentunya berhubungan dengan risiko pasar (risiko sistematis).

Rs = Rf + βs (Rm – Rf)

Fundamental pasar akan mempengaruhi return pasar (Rm), kemudian setelah return pasarnya dihitung, dapat menghitung beta saham individunya (βs). Beta saham tentunya dipengaruhi oleh kondisi perusahaan tersebut, cara menghitungnya sudah saya jelaskan di atas.

Kalau yang disebut fundamental pasar itu mungkin yang anda maksud adalah kondisi ekonomi (indikatornya adalah PDB, Inflasi, suku bunga, nilai tukar, dll) atau kondisi industrinya.

Volume perdagangan (seluruh saham), frekuensi penjualan seluruh saham bisa saja dikategorikan sebagai faktor pasar, Trading day biasanya dimasukkan ke dalam faktor psikologis.

ayu

saya saat ini sedang mengerjakan skripsi ttg CAPM,,,cuma lg bingung nih…yg menjadi kriteria risiko yang layak pada investasi keuntungan bebas risiko iru seperti apa ya?? dan saya sudah mengolah data dan menemukan nilai beta dan return saham yg saya teliti bernilai negatif. Faktor apa aja yg menyebabkan nilai2 tersebut bernilai negatif…???
Sebelumna terima kasih ya..kl bs replayna ke email saya aja..:)
thanx

Yohan Naftali

Tidak ada investasi tanpa risiko. Keuntungan bebas risiko hanya dapat didekati dengan nilai suku bunga bank sentral pada jangka pendek, misalnya SBI 1 bulan.

Nilai beta negatif artinya return aset tersebut berkebalikan dengan return pasar. Secara umum return pasar akan selalu positif, apabila beta suatu saham negatif, artinya aset tersebut akan memberikan return yang lebih kecil dari tingkat keuntungan bebas risiko.Bila beta negatif pada pasar yang selalu memberikan return yang positif, artinya aset tersebut memberikan return yang kecil

ayu

jadi kl keuntungn bebas risiko hny dpt didekati dengan nilai suku bunga bank sentral,yg menjadi risiko yang layak di suku bunga itu sndiri gmn ya??sy bingung nih..dosen yang nanya..maap agak2 ga ngerti..:)

Yohan Naftali

Pertanyaanya saya kurang mengerti.
Risiko investasi yang dihadapi oleh investor (Rose, Peter S., dan Marquis, Milton H. 2006. Money and Capital Markets, Ninth Edition, p 277-280):
1. Market Risk (risiko pasar), sering disebut juga sebagai interest rate risk, nilai investasi akan menjadi turun ketika suku bunga meningkat mengakibatkan pemilik investasi mengalami capital loss.
2. Reinvestment risk, risiko yang disebabkan sebuah aset akan memiliki yield yang lebih sedikit pada beberapa waktu di masa yang akan datang.
3. Default risk. Risiko apabila penerbit aset gagal membayar bunga atau bahkan pokok aset.
4. Inflation risk. Risiko menurunya nilai riil aset karena inflasi.
5. Currency risk. Risiko menurunnya nilai aset karena penurunan nilai tukar mata uang yang dipakai oleh aset.
6. Political risk. Risiko menurunya nilai aset karena perubahan dalam peraturan atau hukum karena perubahan kebijakan pemerintah atau perubahan penguasa.

Suku bunga bank sentral tentunya masih berpotensi memiliki semua risiko, akan tetapi diasumsikan negara tidak mungkin gagal membayar (walaupun ada juga kemungkinannya)

ayu

yup…thanx ya bwt info2nya…
cukup bwt referensi,,,
maap kalo agak2 ngebingunin..
terima kasih :)

sanjaya

saya mau tanya, apakah penilaian saham dengan CAPM termasuk dalam analisa tehnikal. karena yang tahu, analisa tehnikal adalah analisa berdasarkan perkembangan harga saham, dan untuk menghitung CAPM juga harus diketahui historis dari harga saham tersebut.
terima kasih atas penjelasannya

iqbal

thank’s so much
artikelnya lumayan buat ngerjain tugas sks (sistem kebut semalam)

ayu

siang pak….
Ada lagi yg mau sy tanyakan mngenai return yg sy peroleh mnggunakan CAPM. sy meneliti ALFA Retailindo dan menemukan ada thn2 tertentu return bernilai negatif. Ada beberapa penelitian yg mengatakan bahwa return saham itu dipengaruhi oleh faktor ekonomi makro. Di dlm buku Sawidji widoatmodjo “Teknik memetik keuntungan di BEJ” ditulis kalau untuk perusahaan yg menghasilkan produk2 untuk kebutuhan masyarakat sehari2, returnnya tdk dipengaruhi oleh faktor ekonomi krn baik dlm keadaan resesi atau booming pun masyarakat pasti membutuhkan. Jadi yg mnjadi pertanyaan sy disini faktor apa yg mempengaruhi nilai beta atau return saham yg bernilai negatif itu?
terima kasih sblumnya.

Yohan Naftali

To Mas Iqbal

Penilaian saham dengan CAPM bukan analisis teknikal, penilaian saham dengan CAPM merupakan analisis dengan model statistik.
Analisis teknikal dibangun atas pencarian trend baik menggunakan grafik maupun menggunakan formula trend. Model ARIMA-pun sudah bukan dikatergorian sebagai analisis teknikal, karena walaupun dianggap sebagai atheory model, akan tetapi model arima merupakan model ekonometrik yang memiliki dasar teori.
Model CAPM bukan merupakan model yang terbaik, akan tetapi model CAPM sangat berguna sebagai dasar analisis investasi.

Yohan Naftali

To Ayu

Menurut saya komentar dari Sawidji widoatmodjo tersebut tidak benar, mungkin yang dimaksud adalah hukum engle yang menyatakan bahwa untuk makanan, konsumsi bahan pangan tidak meningkat sejalan dengan peningkatan penghasilan masyarakat, misalnya ayu sekarang berpenghasilan 3 juta per bulan dan makan nasi sehari 3 piring, apabila penghasilan ayu menjadi 12 juta per bulan, ayu tidak akan makan nasi sebanyak 12 piring sehari, mungkin cuma 4 piring sehari.
Untuk ALFA Retailindo, bila penghasilan ayu berkurang, pasti ayu akan mengurangi pengeluaran untuk belanja di ALFA (asumsinya ayu adalah pelanggan ALFA), hal ini mempengaruhi return pada ALFA, jadi faktor ekonomi mempengaruhi saham ALFA (pasti).

Richard

Saya lagi menghitung saham CPRO dengan DCF, apakah CAPM merupakan metode yang paling tepat untuk menghitung cost of
equity?,kalau ya, bagaimana caranya. Kalau tidak metode apa yang bisa digunakan.

Regards

Yohan Naftali

CAPM bukan model yang paling tepat, akan tetapi CAPM berguna untuk memperkirakan harga sekuritas.
Karena penjelasanya cukup panjang, coba anda baca Buku Corporate Finance karangan Ross, Westerfield dan Jafee pada bab mengenai konsep dasar struktur modal. (buku saya edisi ke-7 pada halaman 412-416)

Contoh kasus diambil dari buku tersebut:
Acetate, Inc. has equity with a market value of $20 million and debt with a market value of $10 million. The cost of the debt is 14 percent per annum. Treasury bills that mature in one year yield 8 percent per annum, and the expected return on the market portfolio over the next year is 18 percent. The beta of Acetate’s equity is 0.9. The firm pays no taxes.

a. What is Acetate’s debt-equity ratio?
DER = $10.000.000/$20.000.000 = 0.5

b. What is the firm’s weighted average cost of capital?
Answer
B/V = ($10.000.000)/($10.000.000+$20.000.000)
= 0.3333
S/V = ($20.000.000)/($10.000.000+$20.000.000)
= 0.6667
rs = rf + β(rm-rf)
= 0.08 + 0.9 x ( 0.18 – 0.08 )
= 0.08 + 0.9 x 0.1
= 0.17 (Cost of capital)
rWACC = rB + rS
= (0.3333 x 0.14) + (0.6667 x 0.17)
= 0.16
Firm’s weighted average cost of capital is 16%

c. What is the cost of capital for an other-wise identical all-equity firm?
Answer
rS = r0 + (B/S)(r0 – rB)
r0 = 0.16
Cost of capital for an other-wise identical all-equity firm = 16%
(In a world with no taxes, cost of capital for an all-equity firm is equal to rWACC for a levered firm).

Yohan Naftali

Damodaran on Valuation: Security Analysis for Investment and Corporate Finance (Wiley Finance) (Hardcover) by Aswath Damodaran
Book Description:
Damondaran on Valuation will not only convince you of the vitality of the many valuation models available to you, it will help ensure that you develop the acumen needed to select the right model for any valuation scenario. Written by a gifted teacher and respected valuation authority, Damodaran on Valuation offers systematic examination of the three basic approaches to valuation – discounted cash-flow valuation, relative valuation, and contingent claim valuation – and the various models within these broad categories. Using numerous real-world examples involving both US and International firms, the book illuminates the purpose of each particular model, its advantages and limitatations, the step-by-step process involved in putting the model to work, and the kinds of firms to which it is best applied. Among the tools presented are designed to: * Estimate the cost of equity – including the capital asset pricing model and arbitrage pricing model * Estimate growth rates – with coverage of how to arrive at a weighted average of growth rates by blending three separate approaches * Value equity – focusing on the Gordon Growth Model and the two-and three-stage dividend discount model * Measure free cash flow to equity – cash flows that are carefully delineated from the dividends of most firms * Value firms – including free cash flow to firm models, which are especially suited to highly leveraged firms * Estimate the value of assets by looking at the pricing of comparable assets – with insight into the use and misuse of price/earning and price/book value ratios, and underutilized price-to-sales ratios * Measure the value of assets that share option characteristics – including a comparative look at the classic Black-Scholes and simpler binomial models. Supported by an optional IBM-compatible disk, which consists of spreadsheet programs designed to help users apply the models highlighted in the book, Damodaran on Valuation provides practitioners involved in securities analysis, portfolio management, MandA, and corporate finance with the knowledge they need to value any asset.

Yudi

pagi pak,
saya ingin penjelasan lebih lanjut mengenai:
1. Penyesuaian yang harus dilakukan agar CAPM dapat dilaksanakan dalam pengelolaan investasi.
2. Pengaplikasian konsep CAPM dalam engelolaan incestasi.
3. Pendapat bapak tentang validitas teori CAPM dalam pengelolaan investasi.

thx ya pak, saya tunggu jawabannya…

Yohan Naftali

Dalam pengelolaan Investasi, investor maupun manajer investasi tidak hanya tergantung pada hasil perhitungan nilai saham berdasarkan CAPM saja. Aplikasi pada dunia nyata CAPM tidak mudah dilakukan, akan tetapi CAPM nilai beta dan value saham dijadikan salah satu pertimbangan. Tentunya CAPM bukannya tidak berguna, akan tetapi dalam dunia nyata akan sangat tidak bijaksana bila mendasarkan nilai saham berdasarkan CAPM saja, banyak tool lain yang digunakan untuk investasi, misalnya sharpe’s ratio dlsb.
Menurut saya, CAPM sebagai teori sangat berguna bagi pengelolaan investasi, misalnya konsep beta saham, mencari saham yang undervalue (walaupun hal ini dalam teori pasar efisien tidak dimungkinkan).

Dengan sedikit kreatifitas investor, mungkin akan dapat menemukan harga saham yang undervalue.

Ada cerita mengenai dua orang professor ekonomi sedang berjalan bersama, tiba-tiba mereka melihat uang di jalan. Professor pertama berkata “Tidak usah diambil, kalau uang itu benar-benar ada, orang lain pasti sudah mengambilnya terlebih dahulu dari kita”

zie..

Pagi Pak Yohan….
Saya ingin menanyakan beberapa hal mengenai CAPM.
1. Apakah CAPM bisa digunakan dalam menganalisis portofolio optimal?bagaimana langkah2nya?
2. jika dibandingkan dengan model indeks tunggal, mana yang lebih bisa dipertanggungjawabkan?
3. jika qt ingin menganalisis portofolio optimal dengan menggunakan 2 model diatas (komparasi)apakah memungkinkan?dan akankah memekan waktu yang cukup lama?
demikian beberapa hal yang saya ingin ketahui…mohon penjelasannya. terimakasih.

Yohan Naftali

CAPM digunakan untuk mendapatkan nilai return dan risikonya untuk saham individu.

andri

Pak, saya sedang mengerjakan thesis menggunakan metode CAPM untuk menghitung besarnya cost of equity, apakah bisa kita menghitung besarnya risk premium menggunakan selisih antara IHSG dan SBI rate ? kalau bisa yang digunakan return IHSG selama berapa tahun ? kalau menggunakan return IHSG selama 5 tahun hasilnya akan sangat besar.. mohon penjelasannya pak.. thanks..

Yustian

Mas punya data return saham tahun 2005 sampai 2007 manufaktur dan perbankan?

edi

pak, bagaimana kerangka pemikiran dalam menganalisa portofolio optimal dengan metode CAPM.mohon bantuannya. selain buku dr. suad husnah buku apa saja yang dapat digunakn sebagai referensi dalm menganlisa CAPM? trimakasih sebelumnya.

Yohan Naftali

Data saham, query saja dari situs bursa efek indonesia.

Coba baca tulisan saya di atas, seharusnya sudah terjawab, Buku referensi coba Investment karangan Bodie dkk sudah ada terjemahannya sekarang.

cai

pak, saya melakukan penelitian mengenai beta dalam metode CAPM. nah dalam metode CAPM tersebut kan, pasar yang diteliti harus yang efisien sedangkan di indonesia pasar tersebut tidak efisien. pertanyaan saya apakah antara IHSG dan LQ45 mana yang bisa dikatakan mendekati efisien, dan mengapa? mana yang sebaiknya saya teliti dengan menggunaka metode CAPM tersebut. bisa kasi dasar teorinya ga? makasi sebelumnya..

Yohan Naftali

Capital Asset Pricing Model (CAPM) mencoba untuk menjelaskan hubungan antara risk dan return. Secara praktik CAPM dapat digunakan sebatas salah satu bahan pertimbangan bagi investor (bukan dasar pertimbangan satu-satunya) mengingat asumsi yang digunakan CAPM tidak terpenuhi semuanya, apapun faktanya, teori CAPM berguna sebagai gambaran hubungan antara saham dengan pasar serta risiko dan return yang diharapkan. Pasar manakah yang dipakai? Semunanya tergantung dari pengalaman empiris investor, mana yang lebih cocok IHSG atau LQ45 (atau bahkan sekarang ada kompas100), secara teori tidak ada yang lebih mendekati efisien karena efisien tidaknya tergantung pada investor dan kondisi yang ada pada pasar tersebut bukan pada sahamnya, semoga anda lebih mengerti.

Yohan Naftali

Saran saya pakai IHSG mungkin lebih baik, mengingat LQ45 hanya terbatas pada 45 saham saham terpilih (yang memilih BEI) dengan kriteria yang mereka tentukan, saya kurang yakin LQ45 menggambarkan kondisi pasar saham, LQ45 lebih cocok anda gunakan bila anda ingin menyusun portofolio yang memiliki likuiditas lebih baik (walaupun belum tentu)..

Yohan Naftali

Ini referensi tambahan dari kompas

KOMPAS – Rabu, 17 Oct 2007 Halaman: 15

Indeks Kompas100 Boleh Juga…!
Oleh: Andi Suruji

KINERJA harga 100 saham emiten yang termuat dalam Indeks Kompas100 tidaklah mengecewakan. Sejak diluncurkan 10 Agustus lalu, indeks baru di Bursa Efek Jakarta ini pantas dijadikan acuan investasi. Dalam dua bulan, kinerjanya bahkan melampaui Indeks Harga Saham Gabungan yang selama ini menjadi acuan utama.

Sebelum liburan panjang masa Lebaran, indeks Kompas100 ditutup pada posisi 677,96. Itu berarti indeks harga 100 saham yang dimuatnya telah meningkat 20,32 persen dari posisi saat diluncurkan, yang sekaligus menandai 30 tahun diaktifkannya kembali pasar modal di Indonesia.

Apa artinya? Seandainya Anda seorang investor saham di Bursa Efek Jakarta (BEJ), memiliki 100 saham dalam Kompas100, dan tak pernah menjualnya sejak 10 Agustus lalu, itu berarti potensi keuntungan dari nilai investasi Anda saat ini sudah meningkat 20,32 persen.

Itu merupakan angka pengembalian investasi yang tentu saja tidak mengecewakan dalam dua bulan. Bahkan, kinerja itu lebih baik dibandingkan dengan performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) BEJ yang kenaikannya hanya 17,7 persen dalam periode yang sama. Memang kinerja indeks Kompas100 masih lebih rendah dibandingkan dengan kinerja indeks LQ45 yang terdiri atas 45 saham terlikuid yang diperdagangkan di BEJ.

Akan tetapi, jika dilihat dari sisi lain, akan diperoleh catatan yang menarik. Selama periode dua bulan itu, Indeks LQ45 sempat terpuruk sampai sebesar 17 persen. Indeks Kompas100 bagaimana? Ia hanya terpuruk 15 persen persen pada saat mencapai level terendahnya di posisi 478,52 poin pada tanggal 16 Agustus.

Tidak berlebihan jika indeks Kompas100 dinilai lebih tangguh menghadapi tekanan ketimbang LQ45 walaupun LQ45 menjanjikan potensi keuntungan yang lebih tinggi. “Itu karena LQ45 hanya memuat 45 saham terlikuid. Indeks Kompas100, walaupun hanya memuat 100 saham, tetapi sudah menggambarkan keseluruhan sektor dan saham-sahamnya paling sering diperdagangkan di bursa. Tidak ada lagi saham tidur di dalamnya, seperti halnya banyak saham yang diam saja berhari-hari dalam IHSG,” kata pengamat pasar modal, Adler Haymans Manurung.

Kini bahkan sudah ada manajer investasi yang sedang menyiapkan sebuah produk inovatif semacam reksa dana (fund) yang mengacu pada Kompas100. Produk itu bisa mengacu pada indeks Kompas100 saja, bisa juga portofolio investasinya hanya pada saham-saham yang termasuk dalam Kompas100.

Memang itulah tujuannya. “Indeks Kompas100 diharapkan bisa menambah variasi acuan investasi bagi pemodal. Bisa juga menjadi pendorong manajer investasi untuk membuat produk inovatif,” kata Direktur Utama BEJ Erry Firmansyah.

Indeks lain

Catatan bisa diperpanjang jika membandingkan indeks Kompas100 dengan beberapa indeks harga saham di bursa lainnya. Hang Seng Hongkong, misalnya, memang melonjak sampai 29,8 persen, indeks Strait Times Singapura naik 13,55 persen.

Akan tetapi, jika dibandingkan dengan indeks utama lainnya, Kompas100 bolehlah…! Tengoklah indeks Financial Times di London yang cuma naik 7,3 persen dalam dua bulan ini. Dow Jones Industrial Average di bursa efek New York yang merupakan acuan investor seluruh dunia hanya naik 5,4 persen, indeks Jepang Nikkei-225 malah cuma 1,67 persen. Pasar saham di sana memang tertekan.

Bagaimana prospeknya? Secara umum, analis memperkirakan harga saham di BEJ masih memiliki ruang yang cukup lebar untuk naik. Alasan pendukungnya, kondisi makro perekonomian cenderung membaik. Pertumbuhan ekonomi cukup mendorong harga saham naik tanjakan yang belum mencapai puncaknya. Sejumlah emiten masih memiliki prospek pertumbuhan usaha yang menjanjikan. Adanya pertumbuhan usaha berarti adanya potensi kenaikan keuntungan yang bisa dibagi sebagai dividen kepada para pemegang saham.

Itulah karakteristik investasi saham. Investor membeli “prospek kinerja yang baik” dan menjual “prospek kinerja yang jelek”. Mereka memburu saham yangberprospek baik sehingga indeks bergerak naik. Sebaliknya, mereka melepas saham yang berprospek buruk sehingga indeks tertekan.

Alasan lainnya, prospek suku bunga masih cenderung menurun. Saat ini memang masih ditahan oleh bank sentral, Bank Indonesia. Akan tetapi, manakala Bank Sentral Amerika Serikat menurunkan lagi suku bunganya untuk menolong pasar saham di negeri “Paman Sam” itu dari tekanan berat krisis finansial akibat kehancuran pasar surat utang berbasis kredit perumahan subprime mortgage, suku bunga di Indonesia pun bisa diturunkan lagi. Langkah itu untuk mempersempit suku bunga di AS dan Indonesia agar biaya moneter bank sentral dikurangi.

Faktor suku bunga

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun melempar sinyal bahwa inflasi yang dicanangkan pemerintah masih bisa berada dalam rentang targetnya, yakni enam persen plus-minus satu persen. Jika demikian, suku bunga benar-benar bisa turun lagi.

Apa kaitannya? Jika inflasi terjaga, nilai aset masyarakat tidak akan tergerogoti kenaikan harga. Imbal hasil investasinya pun masih jauh lebih tinggi dibandingkan tingkat inflasi. Kalau suku bunga turun, berarti potensi imbal hasil investasi atau penempatan dana pada perbankan menurun. Dalam kondisi seperti itu, investor atau pemilik dana biasanya mengalihkan dananya sebagian ke pasar modal, mencari efek-efek yang berpotensi memberi imbal hasil lebih tinggi dari penempatan dana di perbankan.

Mengalirnya dana itu masuk bursa memburu saham unggulan, seperti yang tercakup dalam Kompas100, berarti potensi kenaikan harganya pun terbuka lebar. Itu perhitungan pasar saja. Jika permintaan meningkat, sementara pasokan barang bagus yang tersedia masih terbatas, jelas harga berpotensi naik.

Namun, sebagaimana karakteristik investasi saham, risiko fluktuasi harga, risiko penurunan kinerja emiten, juga ada. Investasi saham memang bukan semata-mata dipengaruhi faktor fundamental dan teknikal. Naik dan turunnya harga juga dipengaruhi sentimen pasar.

Jika investor hendak merealisasikan potensi keuntungan ivestasinya, saham yang hendak dijual menjadi lebih banyak. Jika barang yang hendak dijual lebih besar ketimbang permintaan beli, biasanya harga tertekan.

Ada potensi keuntungan, ada juga risiko.

Yohan Naftali

tambahan referensi mengenai lq 45

Indeks LQ45 hanya terdiri dari 45 saham yang telah terpilih melalui berbagai kriteria pemilihan, sehingga akan terdiri dari saham-saham dengan likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi. Saham-saham pada indeks LQ45 harus memenuhi kriteria dan melewati seleksi utama sebagai berikut :
Masuk dalam ranking 60 besar dari total transaksi saham di pasar reguler (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir.
Ranking berdasar kapitalisasi pasar (rata-rata kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir)
Telah tercatat di BEJ minimum 3 bulan
Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhannya, frekuensi dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar reguler.

Saham-saham yang termasuk didalam LQ45 terus dipantau dan setiap 6 bulan akan diadakan review (awal Februari, dan Agustus). Apabila ada saham yang sudah tidak masuk kriteria maka akan diganti dengan saham lain yang memenuhi syarat. Pemilihan saham-saham LQ45 harus wajar, oleh karena itu BEJ mempunyai komite penasehat yang terdiri dari para ahli di BAPEPAM, Universitas, dan Profesional di bidang pasar modal.

Yohan Naftali

http://www.idx.co.id/SecondaryMenu/FAQ/tabid/105/Default.aspx

diambil dari idx faq

A. Stock List

Where can I find the list of LQ 45 stocks?

To find the list of LQ 45 Stocks, you can login to the IDX website at http://www.bei.co.id, and at the bottom right of the homepage, you will find the ‘Stock List’ menu. Click on the ‘LQ 45’ menu, where you can find the list of stocks included in the LQ 45.

What is LQ 45 and what are its criterias?

LQ 45 is an index that consists of 45 chosen stocks with high liquidity and strong market capitalization.

To be included in the LQ 45 index, a stock must fulfill the criteria below:
– Included in the top 60 highest total transactions value in regular market for the
last 12 months.
– Included in the top 60 highest market capitalization value for the last 12 months
– Have been listed in the IDX for at least 3 months.
– Have a good financial condition, prospect of growth, high frequency and total number of
transactions in the regular market.

What is KOMPAS100 Index and what are its criterias?

KOMPAS 100 Index is an Index of a cooperation between Indonesia Stock Exchange and KOMPAS daily newspaper. It covers 100 stocks, which are choosen based on the criterias below:
The stocks have been listed in the IDX for at least 3 months.
The stocks are included in the calculation of the Jakarta Composite Index (JCI).

The listed companies are considered to have good fundamentals and trading structures by the IDX.
The stocks are included in the list of 150 biggest stocks in transaction value, frequency of transaction, and market capitalization for the last 12 months.
From those 150 stocks, 60 stocks with the biggest capitalization will be selected.
And from the 90 stocks left in the list, forty (40) of them will be chosen by considering their performance, such as their total days of transaction, frequency of transaction, and market capitalization in the regular market. The process can be seen as follow:

i. From the 90 stocks left, IDX will select 75 stocks based on their total days of transaction in the regular market.
ii. From the 75 stocks, sixty (60) will be chosen based on their frequency of transaction.
iii. And from those 60 stocks, forty (40) stocks with the biggest market capitalization will be selected.
The list of 100 stocks is obtained from the addition of the stocks selected in point (5) and (6).

Every six months, or exactly on every February and August, the stocks list in KOMPAS 100 Index will be renewed. The calculation of KOMPAS100 is started on a base date of January 2, 2002 with a base value of 100.

What is pre-opening and which stocks are included in it?

Pre-opening is a process of price forming started before the first session of the trading begins. The purpose of pre-opening is to determine the opening price that suitable with the market condition. However, it does not mean that the closing price of the previous day will become the opening price of today.

To get the list stocks included in the pre-opening, you can login to IDX Website at http://www.bei.co.id, and at the bottom right of the homepage, you will find the ‘Stock List’ menu. Click on the ‘Pre-Opening’ menu.

B. Prospectus, Index Data and Stock Price

Where can I find prospectus of issuers for my research?

The prospectus of issuers can be found at the Capital Market References Center (CMRC) in The Indonesia Stock Exchange Building, 1st floor of the Second Tower, Jl. Jend. Sudirman Kav. 52-53, Jakarta 12190, Phone: 62-21-5153787, contact person: Mr. Yono or Mr. Hanif. Or you can email us at infodesk@cmrc.go.id

What is Stock Market Index? And where can I find it in the IDX website?

To learn about the Stock Index, just click on the ‘Education’ menu, and then choose the ‘Stock Market Indices’ submenu. It will give you complete information on Stock Market Indices.

You can find the Stock Market Index in our website through several ways:
– Jakarta Composite Index (JCI) graphic. You can observe today’s movement of JIC on the upper
left side of the website’s homepage.
– Indices Ticker. You can also observe the indices movement from the ticker on the top middle side
of the website.
– Historical Index per daily. You can download historical index price from 2004 by click-ing the
‘Go to our Previous Website’ icon on the right side of the homepage. Then choose Download >
Daily Data > Market_Indices. On that menu, you will find the historical market indices data from 2004.

How to calculate the Stock Market Index?

There are several methods used to calculate the index, such as: (1) by calculating the arithmetic mean of the stocks’ price included in the index members, (2) by calculating the geometric mean of individual stock index included in the index members, (3) by calculating the weighted average of the market value. Generally, all composite stock price index, including that in IDX, use the weighted average method of calculation.

Like other Index calculation in many bourses, the IDX uses the market value weighted average index. The basic formula of the index calculation is:

Market Value
Index = ———————– x 100
Base Value

Market Value is the cumulative total of today’s stocks multiplied by today’s market price or known as the market capitalization. Base Value is the value counted based on initial price of each share or based on the price that have been adjusted if the issuer has done an activity that change the total number of stocks listed in the Exchange. Adjustment has to be made so that the index will truly reflects the stocks movement.

Where can I find the stocks price data in the IDX website?

There are several ways to see the stocks price in the IDX Website:

– Stock Price Ticker. You can observe the current price of all stocks from the moving ticker
located in the upper middle of the website’s homepage.

– Daily Historical Stock Price Data. You can download the stock price data from year 2004
by click-ing the ‘Go to our Previous Website’ icon on the right side of IDX website’s homepage.
After that, choose Download > Daily Data > Stock_Quotation. Another way to find the historical
stock price data of the last 30 days is through the ‘quote search’ menu located in the right side.
You just type in the stock code and press the ‘search’ button.

– Daily Historical Stock Price of LQ 45 and JII. You can download the stock price data of LQ 45 and
JII from year 2004 by click-ing the ‘Go to our Previous Website’ icon on the right side of IDX website’s
homepage. After that, choose Download > Daily Data > List of LQ 45 Securities Quotation or
List of JII Securities Quotation.

C. Financial Report and Issuer’s Performance

How can I get the complete financial reports of the listed companies?

You can download the isuer’s financial reports by following the steps below:
– Click on the ‘Issuer’ menu
– Choose ‘Financial Report’
– Choode ‘Soft Copy of the Financial Report’
– Choose the year of the Report
– Choose the Period of the Report (Annual, Mid-Year, or Quarterly)
– Choose the Issuer (In alphabetical order).

Are there any brief financial reports of the listed companies in the IDX website?

You can see the brief financial report of the listed company by following the steps below:
– Click on the ‘Issuer’ menu
– Choose the ‘Company Profile’
– Choose the Issuer (in alphabetical order)
– Click on the ‘Performance Summary’ menu. The file is in PDF format.

Does IDX website provide listed companies’ data that include their profiles, financial performances, and their stock performances in the secondary market?

Yes. You can see the listed companies’ brief performance by following the steps below::
– Click on the ‘Issuer’ menu
– Choose the ‘Company Profile’
– Choose the Issuer (in alphabetical order)
– Click on the ‘Performance Summary’ menu. The file is in PDF format.

D. Regulations

Where can I find the IDX regulations in the Website?

To find IDX regulations:

– Choose ‘Regulation’ menu
– Choose the Category of the Regulation you like to access (Listing, Membership, Trading)
– The regulations are in PDF files

Where can I find IDX Circular Letters in the Website?

You can find the Circular Letters in the IDX Website by following the steps below:

– Choose ‘Regulation’ menu
– Choose and the year period
– The Circular Letters are in PDF files

E. Information on Go Public and the Procedures of Stock Investment

Where can I find the information regarding the requirements and procedures of going public and stock listing in IDX?

The information about public offering and the requirements for stock listing in IDX can be found in the ‘How to Go Public’ menu located at the bottom right side of IDX Website’s homepage. The file is in PDF format.

Where can I find the information about how to become an investor in IDX website?

The information of stock investment and trading in the IDX can be accessed by click-ing the menu at the bottom right side of the homepage.

Where can I find the information regarding the trading mechanism in IDX?

Detail information about the trading mechanism in the IDX can be found in the ‘Trading’ menu. Just click it and then choose ‘Trading Mechanism’.

When does the trading session begin?

In the IDX, transaction can be made on certain days, which are called as the Trading Days:

Trading Day
Trading Session
Time
Monday to Thurday Session I
Session II
09.30 AM – 12.00 PM
13.30 AM – 16.00 PM
Friday Session I
Session II 09.30 AM – 11.30 PM
14.00 PM – 16.00 PM

F. Information of Brokerage Companies

Where can I find the names and addresses of all brokerage firms listed in IDX?

You can find them in our website, http://www.bei.co.id, on the Issuer > Company Profile menu, or you could send an email requesting for the data to webmaster@ bei.co.id. Our team will send you the complete data of all brokerage firms listed in the IDX and their addresses through email.

Where can I find information regarding the performance of each brokearage firms in the Website?

You could find the information regarding the performance of a a brokerage firm in our monthly statistic. Just go to the ‘IDX Statistic’ menu on the right side of our website, and choose ‘Monthly’.

Where can I find the address of a listed company’s branch offices?

To obtained the data, you can sent us a request through email to webmaster@ bei.co.id. Our team will send you the data you requested.

G. Others
Where can I find the number of shares traded in the exchange?

The data on the number of shares traded in the exchange can be found in our previous website. Just click the ‘Go To our Previous Website’ icon on the right side of the homepage. Then choose Download > Daily Data > Stock Quotation. Choose the available file according to the period of time you are looking for.

Where can I find the list of stocks in the Main and Development Boards?

You can find the list of stocks listed in the Main and development Boards by click-ing the ‘Go to our Previous Website’ icon on the right side of the homepage. Then choose Download > Daily Data > List of Main Board Securities or List of Development Board Securities. Thhen select the date.

Where can I get the 2002 and 2003 daily bid-ask data?

The 2002 and 2003 daily transaction data can be obtained at the Capital Market References Center (CMRC), The Indonesia Stock Exchange Building, Second Tower 1st floor, Jl. Jend. Sudirman Kav. 52-53, Jakarta 12190, Phone: 62-21-5153787, or you can request the data by email to Mr. Yono or Mr. Hanif at infodesk@cmrc.go.id.

Where can I find the data of companies that performed stock split in 2006 and the number of shares they have before and after the stock-split?

The 2006 stock split data can be obtained from the IDX Statistics 2006 publication, which you can copy at the Capital Market References Center (CMRC), The Indonesia Stock Exchange Building, Second Tower 1st floor, Jl. Jend. Sudirman Kav. 52-53, Jakarta 12190, Phone: 62-21-5153787, or request by email to Mr. Yono or Mr. Hanif at infodesk@cmrc.go.id.

Where can I find the information on the corporate actions of a listed company during 2004 – 2006?

You could search for the data through our menu located in the right side of our website’s homepage. Click the menu, type in the stock code, click all the options available, and choose the period you wish to review. Another way, you can find the data in the IDX Annual Statistics publication, which you can copy at the Capital Market References Center (CMRC), The Indonesia Stock Exchange Building, Second Tower 1st floor, Jl. Jend. Sudirman Kav. 52-53, Jakarta 12190, Phone: 62-21-5153787, or request by email to Mr. Yono or Mr. Hanif at infodesk@cmrc.go.id.

KOMPAS 100 Index is an Index of a cooperation between Indonesia Stock Exchange and KOMPAS daily newspaper. It covers 100 stocks, which are choosen based on the criterias below:
The stocks have been listed in the IDX for at least 3 months.
The stocks are included in the calculation of the Jakarta Composite Index (JCI).

The listed companies are considered to have good fundamentals and trading structures by the IDX.
The stocks are included in the list of 150 biggest stocks in transaction value, frequency of transaction, and market capitalization for the last 12 months.
From those 150 stocks, 60 stocks with the biggest capitalization will be selected.
And from the 90 stocks left in the list, forty (40) of them will be chosen by considering their performance, such as their total days of transaction, frequency of transaction, and market capitalization in the regular market. The process can be seen as follow:

i. From the 90 stocks left, IDX will select 75 stocks based on their total days of transaction in the regular market.
ii. From the 75 stocks, sixty (60) will be chosen based on their frequency of transaction.
iii. And from those 60 stocks, forty (40) stocks with the biggest market capitalization will be selected.
The list of 100 stocks is obtained from the addition of the stocks selected in point (5) and (6).

Every six months, or exactly on every February and August, the stocks list in KOMPAS 100 Index will be renewed. The calculation of KOMPAS100 is started on a base date of January 2, 2002 with a base value of 100.

cai

trima kasih banyak pak atas masukannya, tapi ada satu yg saya masi agak bingung.

pengertian beta ada dua, yaitu (1)beta adalah resiko sistematis yang tidak dapat di diversifikasi dan (2)beta adalah tingkat sensitivitas antara return market dgn return saham.

pertanyaan saya,

kalo beta adalah resiko, resiko yang ada dalam perusahaan itu termasuk beta bukan? misnya penggunaan utang yang besar menyebabkan meningkatnya resiko perusahaan karena tidak mampu memenuhi kewajibannya di kemudian hari. (default risk)

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.